Follow us

LightBlog

ABOUT AUTHOR

Adbox
Azqinet.blogspot.co.id . Diberdayakan oleh Blogger.

Unsur Kebahasaan Teks Tantangan,Teks Diskusi Dan Teks Ekspoosisi










  Unsur kebahasaan teks tantangan adalah unsur-unsur bahasa yang membangun teks tantangan tersebut. Teks tantangan memiliki unsur kebahasaan yang membedakan dengan teks yang lain, atau dengan kata lain teks tantangan mempunyai ciri-ciri kebahasaan yang khas. Ciri-ciri kebahasaan itu, antara lain, menggunakan kalimat sanggahan dan kalimat penolakan. Kalimat sanggahan adalah kalimat yang mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap masalah, pembicaraan, atau kebijakan. Ciri kalimat sanggahan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata kurang sependapat, perlu ditinjau kembali, belum sesuai, kurang tepat, sebaiknya.
Selain kalimat sanggahan teks tantangan juga menggunakan kalimat penolakan. Kalimat penolakan adalah kalimat yang berisi tidak setuju, kurang setuju, sependapat, kurang sependapat atau membantah dalam suatu hal. Ciri-ciri kalimat penolakan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata tidak setuju, kurang setuju, tidak sependapat, menolak, ditolak, menentang, tantangan, membantah, bantahan, sanggahan, disanggah.

1. Kalimat Sanggahan
Ciri kalimat sanggahan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata kurang sependapat, perlu ditinjau kembali, belum sesuai, kurang tepat, sebaiknya. Seperti contoh di bawah ini:
  • Mohon maaf, saya kurang sependapat dengan Anda.
  • Untuk menjaga kestabilan masyarakat, sebaiknya kebijakan menaikkan BBM ditunda.

2. Kalimat Penolakan
Ciri-ciri kalimat penolakan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata tidak setuju, kurang setuju, tidak sependapat, menolak, ditolak, menentang, tantangan, membantah, bantahan, sanggahan, disanggah. Beberapa contoh kalimat penolakan antara lain sebagai berikut.
  • Saya kurang setuju jika warga yang mempunyai mobil dan tidak mempunyai mobil ditarik uang keamanan yang sama.
  • Saya tidak sependapat dengan kebijakan pengurus RT yang akan menaikkan uang keamanan karena bersamaan dengan anak masuk sekolah.

3. Kalimat Pernyataan
Ciri lain dari teks tantangan adalah adanya kalimat pernyataan (kalimat deklaratif). Kalimat pernyataan adalah kalimat yang ditandai intonasi turun dan pada umumnya mengandung makna yang menyatakan atau memberitahukan sesuatu. Dalam ragam bahasa tulis, biasanya diberi tanda titik pada bagian akhir.



Unsur Kebahasaan Teks Diskusi

  Secara sederhana yang disebut dengan teks diskusi adalah tulisan yang mengulas sebuah masalah (isu) dengan disertai argumen/pendapat baik yang mendukung maupun yang menentang isu tersebut serta diakhiri dengan simpulan atau rekomendasi penulis. Wacana yang mengandung permasalahan ini adalah wacana yang memiliki dua kubu antara pro (mendukung) dan kontra (penentang), antara pendukung isu dan penentang isu. Pendapat yang mendukung dan pendapat yang menentang tersebut harus didukung dengan fakta, data, pengalaman penulis, serta referensi yang berhubungan dengan isu yang dibahas.
Masalah yang dihadirkan dalam teks diskusi nantinya akan didiskusikan berdasarkan dua sudut pandang tersebut (point of view) tersebut, pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan komunikatif dari teks diskusi itu sendiri adalah unutk mengetengahkan suatu masalah atau isu yang ditinjau paling tidak dari dau sudut pandang, sebelum sampai pada suatu kesimpulan atau rekomendasi.
Dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi, perlu diperhatikan dan dipahami tentang ciri-ciri kebahasaan teks diskusi. Sehingga dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi akan lebih mudah. Ada beberapa ciri-ciri kebahasaan dalam teks diskusi,yaitu mengguakan tanda hubung perlawanan, menggunakan kohesi leksiakl dan kohesi gramtikal, mengawali permasalahan dengan kalimat tanya, dan menggunakan kata modalitas.

1. Penggunaan Konjungsi Perlawanan
Konjungsi perlawanan menggunakan kata hubung : tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya. Di dalam teks ‘’Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?” konjungsi perlawanan dapat dilihat pada contoh berikut.
   1.  Banyak sekolah, terutama di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswanya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan.
   2.  Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan.
  3.  Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang tua perlu segera menghubungi,



2. Penggunaan Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal
Penggunaan Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata. Kohesi leksikal itu dapat berbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim. Dalam teks “Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?”, contoh kohesi leksikal adalah sebagai berikut.
   1. Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet.
  2.  Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesori, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam bidang akademik.
  3.  Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan.
  4.  Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai dampak positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa dampak negatif belaka.
  5.  Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.
Berdasarkan contoh 1) tersebut dapat dikemukakan bahwa supaya padu, penulis mengulang kata telepon seluler beberapa kali. Sementara itu, pada contoh (2) frasa beberapa aksesoris, dan kata aplikasi ini merupakan sinonim. Pada contoh 3 dan 4) kata melarang merupakan antonim kata membolehkan dan kata positif merupakan antonim kata negatif. Pada contoh 5) kalkulator, kamera, dan internet adalah hiponim dari kata aplikasi.

Penggunaan Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan menggunakan elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu dapat disimak pada contoh berikut.
  1.  Masyarakat yang setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena hal itu dapat memudahkan orang tua untuk dapat menghubungi anaknya.
  2.  Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan beberapa saat kesempatan mengajar karena terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.

Berdasarkan contoh (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada contoh (2) frasa hal ini merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar.

3. Penggunaan Modalitas
Modalitas adalah kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata seperti harus, akan, ingin, mungkin. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.
  1.  Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan orang tua perlu segera menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor sekolah.
  2.  Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk menerima panggilan.
  3.  Meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
  4.  Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
  5.  Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung.
  6.  Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.
   7. Di samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti pencurian, dan sejenisnya.
  8.  Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju siswa membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
  9.  Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari jawaban pada saat ulangan.
 10. Hal ini dapat menyebabkan banyak masalah sosial, seperti kecemburuan, pencurian, dan pelecehan.

Unsur Kebahasaan dalam Teks Eksposisi

Materi Bahasa Indonesia dikembangkan dengan berbasis Teks. Satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran, dan gagasan lengkap adalah teks. Teks tidak selalu berwujud bahasa tulis, sebagaimana lazim dipahami, misalnya teks Pancasila yang sering dibacakan pada saat upacara. Teks dapat berwujud, baik teks tulisan maupun teks lisan. Teks itu sendiri memiliki dua unsur utama yang harus dimiliki. Pertama, konteks situasi penggunaan bahasa yang di dalamnya ada register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu (pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak disampaikan (field).
Sasaran atau kepada siapa pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor), dalam format bahasa yang bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas (mode). Terkait dengan format bahasa tersebut, teks dapat berupa deskripsi, prosedural, naratif, cerita petualangan, anekdot, dan lain-lain. Unsur kedua. adalah konteks situasi, yang di dalamnya ada konteks sosial dan konteks budaya masyarakat, tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi.

Unsur kebahasaan merupakan bagian-bagian yang membangun sebuah teks eksposisi. Unsur kebahasaan yang ada pada teks eksposisi antara lain pronomina, konjungsi dan kata leksikal.

Kaidah/ciri bahasa yang digunakan dalam teks eksposisi antara lain sebagai berikut :

Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina persona dan pronomina nonpersona. 
  1. Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya seperti ia, dia, anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya seperti kita, kami, kalian, mereka, hadirin, para.
  2. Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk contohnya seperti ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti apa, mana, siapa.

Pronomina adalah kata ganti orang yang dapat digunakan terutama pada saat pernyataan pendapat pribadi (klaim) diungkapkan. Teks eksposisi tersebut dapat dikatakan sebagai teks ilmiah. Dalam teks tersebut terkandung pronomina atau kata ganti saya dan kita. Pronomina kita atau saya ditemukan hanya pada paragraf 1 dan 5. Inilah kalimat dari teks yang terdapat pronomina itu.
  1. Warga komunitas, termasuk kita semua sebagai rakyat Indonesia akan dituntut plurilingual untuk memiliki kompetensi berbahasa negara lain. (paragraf 1)
  2. Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percaya bahwa posisi bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita sendiri. (paragraf 5)

Paragraf 1 merupakan tahap pernyataan pendapat, tempat gagasan pribadi disampaikan, dan pada paragraf 5 yang merupakan tahap penegasan ulang pendapat, gagasan itu dinyatakan kembali. Jadi, pronomina atau kata ganti kita, kami, atau saya dapat digunakan, terutama pada saat pernyataan pendapat pribadi (klaim) diungkapkan. Hal itu sejalan dengan fungsi sosial teks eksposisi itu sendiri, yaitu teks yang digunakan untuk mengusulkan pendapat pribadi mengenai sesuatu.

2.  Kata Leksikal (Nomina, Verba, Adjektiva, Adverbia)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 805) Leksikal adalah berkaitan dengan kata; berkaitan dengan leksem; berkaitan dengan kosa kata. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna Leksikal adalah makna yang berkaitan dengan kata, leksem, ataupun kosakata.

Nomina (kata benda)
Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar maupun nomina turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan contohnya perbuatan, pembelian, kekuatan, dll.

Verba (kata kerja)
Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan sifat. Dalam kalimat biasanya  berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu :
  1. Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.
  2. Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang, memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggungjawabkan, dll.

Adjektiva (kata sifat)
Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif, positif, jernih, dingin, jelek, dan lain-lain.

Adverbia (kata keterangan)
Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat, waktu, suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat, ketika, mula-mula, dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain.
Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) yang terdapat dalam teks eksposisi di atas, misalnya: 
  • kata percaya (verba), mempercayai (verba), kepercayaan (nomina) 
  • kata yakin (adjektif), menyakini (verba), keyakinan (nomina) 
  • kata optimistis (adjektif) 
  • kata potensial (adjektif), berpotensi (verba)


Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) tertentu dimanfaatkan pada teks eksposisi. 
“Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percaya bahwa posisi bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita sendiri”. (paragraf 5)
Kata percaya tergolong ke dalam verba yang menyatakan persepsi. Kata yang sejenis adalah yakin, optimistis, potensial, dan sebagainya. Kata tersebut dapat dinyatakan sebagai verba atau nomina sehingga akan berubah menjadi mempercayai/kepercayaan, meyakini/keyakinan, mempunyai optimisme/optimisme, dan berpotensi/potensi.

Kata-kata itu digunakan untuk mempengaruhi atau mengubah persepsi pembaca agar mengikuti atau menerima pendapat penulis teks. Hal itu sejalan dengan tujuan penulis bahwa pembaca akan memiliki keyakinan yang sama dengan penulis, yang akhirnya usulan penulis dapat diterima. Dalam konteks teks “Integrasi ASEAN dalam Plurilingualisme”, penulis mengajukan usulan tentang pembuatan kebijakan bahasa agar bahasa Indonesia dijadikan bahasa ASEAN dan agar bahasa lain di Negara ASEAN dikuasai oleh sesama warga ASEAN.

Konjungsi
Kata penghubung (konjungsi). Contohnya pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut. Untuk memperkuat argumentasi, kata hubung atau konjungsi dapat dimanfaatkan. Dalam konteks pengajuan pendapat tentang kebijakan bahasa ASEAN itu, penulis menghubungkan argumentasi dengan kata hubung pada kenyataannya, kemudian, dan lebih lanjut. Idealnya, argumentasi tidak disajikan secara acak. Kata hubung seperti itu dapat digunakan untuk menata argumentasi dengan cara mengurutkan dari yang paling kuat menuju ke yang paling lemah atau sebaliknya.

Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu jenis konjungsi dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam suatu kalimat yang saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta keharmonisan makna maupun struktur.

Konjungsi temporal seperti mula-mula, kemudian, lalu, setelah itu, akhirnya dapat digunakan bersamaan untuk menata argumentasi dengan cara mengurutkan dari yang penting menuju ke yang kurang penting atau sebaliknya. Konjungsi sebab-akibat dapat digunakan untuk menyuguhkan informasi asal-muasal suatu peristiwa atau kejadian dan efek yang ditimbulkan dari kejadian tersebut. Konjungsi penegasan seperti pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut, bahkan digunakan untuk mengurutkan informasi dari yang kuat menuju yang lemah atau sebaliknya. Berikut ini adalah jenis konjungsi yang dapat ditemukan pada teks eksposisi :
  1. Konjungsi waktu : sesudah, setelah, sebelum, lalu, kemudian, setelah itu 
  2. Konjungsi gabungan : dan, serta, dengan
  3. Konjungsi pembatasan : kecuali, selain, asal
  4. Konjungsi tujuan : agar, supaya, untuk
  5. Konjungsi persyaratan : kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana, apabila
  6. Konjungsi perincian : yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni
  7. Konjungsi sebab akibat : karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya
  8. Konjungsi pertentangan : tetapi, akan tetapi, namun, melainkan, sedangkan
  9. Konjungsi pilihan : atau
  10. Konjungsi penegasan/penguatan : bahkan, apalagi, hanya, lagi pula, itu pun
  11. Konjungsi penjelasan : bahwa
  12. Konjungsi perbandingan : bagai, seperti, ibarat, serupa
  13. Konjungsi penyimpulan :oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian

Betulkah eksposisi itu merupakan argumentasi satu sisi? Pada teks itu penulis mengambil sisi setuju. Ia setuju akan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN. Penulis lain dapat berposisi tidak setuju. Pada teks itu penulis mengambil sisi setuju, ia setuju akan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa Asean.
Share on Google Plus

About Azqi Net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar