Unsur kebahasaan
teks tantangan adalah unsur-unsur bahasa yang membangun teks tantangan
tersebut. Teks tantangan memiliki unsur kebahasaan yang membedakan dengan teks
yang lain, atau dengan kata lain teks tantangan mempunyai ciri-ciri kebahasaan
yang khas. Ciri-ciri kebahasaan itu, antara lain, menggunakan kalimat sanggahan
dan kalimat penolakan. Kalimat sanggahan adalah kalimat yang mengungkapkan
ketidaksetujuan terhadap masalah, pembicaraan, atau kebijakan. Ciri kalimat
sanggahan, antara lain, ditandai dengan pilihan kata kurang sependapat, perlu
ditinjau kembali, belum sesuai, kurang tepat, sebaiknya.
Selain kalimat sanggahan teks tantangan
juga menggunakan kalimat penolakan. Kalimat penolakan adalah kalimat yang
berisi tidak setuju, kurang setuju, sependapat, kurang sependapat atau
membantah dalam suatu hal. Ciri-ciri kalimat penolakan, antara lain, ditandai
dengan pilihan kata tidak setuju, kurang setuju, tidak sependapat, menolak,
ditolak, menentang, tantangan, membantah, bantahan, sanggahan, disanggah.
1. Kalimat Sanggahan
Ciri kalimat sanggahan, antara lain,
ditandai dengan pilihan kata kurang sependapat, perlu ditinjau kembali, belum
sesuai, kurang tepat, sebaiknya. Seperti contoh di bawah ini:
- Mohon maaf, saya kurang sependapat dengan Anda.
- Untuk menjaga kestabilan masyarakat, sebaiknya kebijakan menaikkan BBM ditunda.
2. Kalimat Penolakan
Ciri-ciri kalimat penolakan, antara
lain, ditandai dengan pilihan kata tidak setuju, kurang setuju, tidak
sependapat, menolak, ditolak, menentang, tantangan, membantah, bantahan,
sanggahan, disanggah. Beberapa contoh kalimat penolakan antara lain sebagai
berikut.
- Saya kurang setuju jika warga yang mempunyai mobil dan tidak mempunyai mobil ditarik uang keamanan yang sama.
- Saya tidak sependapat dengan kebijakan pengurus RT yang akan menaikkan uang keamanan karena bersamaan dengan anak masuk sekolah.
3. Kalimat Pernyataan
Ciri lain dari teks tantangan adalah
adanya kalimat pernyataan (kalimat deklaratif). Kalimat pernyataan adalah
kalimat yang ditandai intonasi turun dan pada umumnya mengandung makna yang
menyatakan atau memberitahukan sesuatu. Dalam ragam bahasa tulis, biasanya
diberi tanda titik pada bagian akhir.
Unsur
Kebahasaan Teks Diskusi
Secara
sederhana yang disebut dengan teks diskusi adalah tulisan yang mengulas sebuah
masalah (isu) dengan disertai argumen/pendapat baik yang mendukung maupun yang
menentang isu tersebut serta diakhiri dengan simpulan atau rekomendasi penulis.
Wacana yang mengandung permasalahan ini adalah wacana yang memiliki dua kubu
antara pro (mendukung) dan kontra (penentang), antara pendukung isu dan
penentang isu. Pendapat yang mendukung dan pendapat yang menentang tersebut
harus didukung dengan fakta, data, pengalaman penulis, serta referensi yang
berhubungan dengan isu yang dibahas.
Masalah yang dihadirkan dalam teks diskusi nantinya
akan didiskusikan berdasarkan dua sudut pandang tersebut (point of view) tersebut,
pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan komunikatif dari teks diskusi
itu sendiri adalah unutk mengetengahkan suatu masalah atau isu yang ditinjau
paling tidak dari dau sudut pandang, sebelum sampai pada suatu kesimpulan atau
rekomendasi.
Dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks
diskusi, perlu diperhatikan dan dipahami tentang ciri-ciri kebahasaan teks
diskusi. Sehingga dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi akan
lebih mudah. Ada beberapa ciri-ciri kebahasaan dalam teks diskusi,yaitu
mengguakan tanda hubung perlawanan, menggunakan kohesi leksiakl dan kohesi
gramtikal, mengawali permasalahan dengan kalimat tanya, dan menggunakan kata
modalitas.
1.
Penggunaan Konjungsi Perlawanan
Konjungsi perlawanan menggunakan kata hubung : tetapi,
namun, sedangkan, sebaliknya. Di dalam teks ‘’Bolehkah Siswa Membawa Telepon
Seluler ke Sekolah?” konjungsi perlawanan dapat dilihat pada contoh berikut.
1. Banyak sekolah, terutama di jenjang sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswanya membawa telepon seluler,
tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler
dengan berbagai persyaratan.
2. Sebagian orang menganggap bahwa membawa
telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap
bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan.
3. Jika siswa tidak membawa telepon seluler
sedangkan orang tua perlu segera menghubungi,
2.
Penggunaan Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal
Penggunaan
Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah kepaduan yang dicapai melalui
pemilihan kata. Kohesi leksikal itu dapat berbentuk, antara lain, dengan
pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim. Dalam teks “Bolehkah Siswa Membawa
Telepon Seluler ke Sekolah?”, contoh kohesi leksikal adalah sebagai berikut.
1. Di
samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah
adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon
seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan
internet.
2. Di samping itu, salah satu keuntungan dari
penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan
sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa
aksesori, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat
dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam bidang akademik.
3. Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi
banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan
berbagai persyaratan.
4. Yang paling penting apakah telepon seluler
mempunyai dampak positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa
dampak negatif belaka.
5. Di samping itu, salah satu keuntungan dari
penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan
sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa
aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat
dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.
Berdasarkan contoh 1) tersebut dapat dikemukakan
bahwa supaya padu, penulis mengulang kata telepon seluler beberapa kali.
Sementara itu, pada contoh (2) frasa beberapa aksesoris, dan kata aplikasi ini
merupakan sinonim. Pada contoh 3 dan 4) kata melarang merupakan antonim kata
membolehkan dan kata positif merupakan antonim kata negatif. Pada contoh 5)
kalkulator, kamera, dan internet adalah hiponim dari kata aplikasi.
Penggunaan
Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai
dengan menggunakan elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara
lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu dapat
disimak pada contoh berikut.
1. Masyarakat yang setuju bahwa siswa boleh
membawa telepon seluler ke sekolah karena hal itu dapat memudahkan orang tua
untuk dapat menghubungi anaknya.
2. Ketika telepon seluler berdering di kelas,
meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan beberapa saat kesempatan
mengajar karena terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
Berdasarkan contoh (1) tersebut, -nya pada kata
anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada contoh (2) frasa hal ini
merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
3.
Penggunaan Modalitas
Modalitas adalah kata yang mempunyai makna
kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam
bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata seperti harus, akan,
ingin, mungkin. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.
1. Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan
orang tua perlu segera menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor sekolah.
2. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk
menghubungi siswa yang bersangkutan dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke
kantor untuk menerima panggilan.
3. Meskipun hanya mode getar, guru akan
kehilangan kesempatan mengajar.
4. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
5. Masyarakat yang setuju siswa boleh membawa
telepon seluler ke sekolah memiliki alasan, yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya
baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya
orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi
perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.
7. Di
samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan
hukum seperti pencurian, dan sejenisnya.
8. Sementara itu, masyarakat yang tidak setuju
siswa membawa telepon seluler ke sekolah mengatakan bahwa aplikasi yang
tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam
pembelajaran.
9. Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari
jawaban pada saat ulangan.
10. Hal ini
dapat menyebabkan banyak masalah sosial, seperti kecemburuan, pencurian, dan
pelecehan.
Unsur Kebahasaan dalam Teks Eksposisi
Materi Bahasa Indonesia dikembangkan dengan berbasis Teks.
Satuan bahasa yang mengandung makna, pikiran, dan gagasan lengkap adalah teks.
Teks tidak selalu berwujud bahasa tulis, sebagaimana lazim dipahami, misalnya
teks Pancasila yang sering dibacakan pada saat upacara. Teks dapat berwujud,
baik teks tulisan maupun teks lisan. Teks itu sendiri memiliki dua unsur utama
yang harus dimiliki. Pertama, konteks situasi penggunaan bahasa yang di
dalamnya ada register yang melatarbelakangi lahirnya teks, yaitu adanya sesuatu
(pesan, pikiran, gagasan, ide) yang hendak disampaikan (field).
Sasaran atau kepada siapa pesan,
pikiran, gagasan, atau ide itu disampaikan (tenor), dalam format bahasa yang
bagaimana pesan, pikiran, gagasan, atau ide itu dikemas (mode). Terkait dengan
format bahasa tersebut, teks dapat berupa deskripsi, prosedural, naratif,
cerita petualangan, anekdot, dan lain-lain. Unsur kedua. adalah konteks
situasi, yang di dalamnya ada konteks sosial dan konteks budaya masyarakat,
tutur bahasa yang menjadi tempat teks tersebut diproduksi.
Unsur kebahasaan merupakan bagian-bagian yang membangun sebuah teks eksposisi. Unsur kebahasaan yang ada pada teks eksposisi antara lain pronomina, konjungsi dan kata leksikal.
Unsur kebahasaan merupakan bagian-bagian yang membangun sebuah teks eksposisi. Unsur kebahasaan yang ada pada teks eksposisi antara lain pronomina, konjungsi dan kata leksikal.
Kaidah/ciri
bahasa yang digunakan dalam teks eksposisi antara lain sebagai berikut :
Pronomina
Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah
jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Pronomina dapat
diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina persona dan pronomina
nonpersona.
- Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya seperti ia, dia, anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya seperti kita, kami, kalian, mereka, hadirin, para.
- Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk contohnya seperti ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti apa, mana, siapa.
Pronomina adalah kata ganti orang yang dapat digunakan terutama pada saat pernyataan pendapat pribadi (klaim) diungkapkan. Teks eksposisi tersebut dapat dikatakan sebagai teks ilmiah. Dalam teks tersebut terkandung pronomina atau kata ganti saya dan kita. Pronomina kita atau saya ditemukan hanya pada paragraf 1 dan 5. Inilah kalimat dari teks yang terdapat pronomina itu.
- Warga komunitas, termasuk kita semua sebagai rakyat Indonesia akan dituntut plurilingual untuk memiliki kompetensi berbahasa negara lain. (paragraf 1)
- Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya berbahasa Inggris, saya percaya bahwa posisi bahasa Indonesia akan bergeser di negeri kita sendiri. (paragraf 5)
Paragraf 1 merupakan tahap
pernyataan pendapat, tempat gagasan pribadi disampaikan, dan pada paragraf 5
yang merupakan tahap penegasan ulang pendapat, gagasan itu dinyatakan kembali.
Jadi, pronomina atau kata ganti kita, kami, atau saya dapat digunakan, terutama
pada saat pernyataan pendapat pribadi (klaim) diungkapkan. Hal itu sejalan
dengan fungsi sosial teks eksposisi itu sendiri, yaitu teks yang digunakan
untuk mengusulkan pendapat pribadi mengenai sesuatu.
2. Kata Leksikal (Nomina, Verba, Adjektiva, Adverbia)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 805) Leksikal adalah berkaitan dengan kata; berkaitan dengan leksem; berkaitan dengan kosa kata. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Makna Leksikal adalah makna yang berkaitan dengan kata, leksem, ataupun kosakata.
Nomina (kata benda)
Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar maupun nomina turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan contohnya perbuatan, pembelian, kekuatan, dll.
Verba (kata kerja)
Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan sifat. Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu :
- Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.
- Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang, memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggungjawabkan, dll.
Adjektiva (kata sifat)
Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif, positif, jernih, dingin, jelek, dan lain-lain.
Adverbia (kata keterangan)
Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat, waktu, suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat, ketika, mula-mula, dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain.
Kata leksikal (nomina, verba,
adjektiva, dan adverbia) yang terdapat dalam teks eksposisi di atas,
misalnya:
- kata percaya (verba), mempercayai (verba), kepercayaan (nomina)
- kata yakin (adjektif), menyakini (verba), keyakinan (nomina)
- kata optimistis (adjektif)
- kata potensial (adjektif), berpotensi (verba)
Kata leksikal (nomina, verba,
adjektiva, dan adverbia) tertentu dimanfaatkan pada teks eksposisi.
“Jika penghuni kawasan ASEAN dituntut hanya berbahasa
Inggris, saya percaya bahwa posisi bahasa Indonesia akan bergeser
di negeri kita sendiri”. (paragraf 5)
Kata percaya tergolong ke dalam
verba yang menyatakan persepsi. Kata yang sejenis adalah yakin, optimistis,
potensial, dan sebagainya. Kata tersebut dapat dinyatakan sebagai verba atau
nomina sehingga akan berubah menjadi mempercayai/kepercayaan,
meyakini/keyakinan, mempunyai optimisme/optimisme, dan berpotensi/potensi.
Kata-kata itu digunakan untuk
mempengaruhi atau mengubah persepsi pembaca agar mengikuti atau menerima
pendapat penulis teks. Hal itu sejalan dengan tujuan penulis bahwa pembaca akan
memiliki keyakinan yang sama dengan penulis, yang akhirnya usulan penulis dapat
diterima. Dalam konteks teks “Integrasi ASEAN dalam Plurilingualisme”, penulis
mengajukan usulan tentang pembuatan kebijakan bahasa agar bahasa Indonesia
dijadikan bahasa ASEAN dan agar bahasa lain di Negara ASEAN dikuasai oleh
sesama warga ASEAN.
Konjungsi
Kata penghubung (konjungsi).
Contohnya pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut. Untuk memperkuat
argumentasi, kata hubung atau konjungsi dapat dimanfaatkan. Dalam konteks
pengajuan pendapat tentang kebijakan bahasa ASEAN itu, penulis menghubungkan
argumentasi dengan kata hubung pada kenyataannya, kemudian, dan lebih lanjut.
Idealnya, argumentasi tidak disajikan secara acak. Kata hubung seperti itu
dapat digunakan untuk menata argumentasi dengan cara mengurutkan dari yang
paling kuat menuju ke yang paling lemah atau sebaliknya.
Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu jenis konjungsi dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam suatu kalimat yang saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta keharmonisan makna maupun struktur.
Konjungsi temporal seperti mula-mula, kemudian, lalu, setelah itu, akhirnya dapat digunakan bersamaan untuk menata argumentasi dengan cara mengurutkan dari yang penting menuju ke yang kurang penting atau sebaliknya. Konjungsi sebab-akibat dapat digunakan untuk menyuguhkan informasi asal-muasal suatu peristiwa atau kejadian dan efek yang ditimbulkan dari kejadian tersebut. Konjungsi penegasan seperti pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut, bahkan digunakan untuk mengurutkan informasi dari yang kuat menuju yang lemah atau sebaliknya. Berikut ini adalah jenis konjungsi yang dapat ditemukan pada teks eksposisi :
- Konjungsi waktu : sesudah, setelah, sebelum, lalu, kemudian, setelah itu
- Konjungsi gabungan : dan, serta, dengan
- Konjungsi pembatasan : kecuali, selain, asal
- Konjungsi tujuan : agar, supaya, untuk
- Konjungsi persyaratan : kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana, apabila
- Konjungsi perincian : yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni
- Konjungsi sebab akibat : karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya
- Konjungsi pertentangan : tetapi, akan tetapi, namun, melainkan, sedangkan
- Konjungsi pilihan : atau
- Konjungsi penegasan/penguatan : bahkan, apalagi, hanya, lagi pula, itu pun
- Konjungsi penjelasan : bahwa
- Konjungsi perbandingan : bagai, seperti, ibarat, serupa
- Konjungsi penyimpulan :oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian
Betulkah eksposisi itu merupakan
argumentasi satu sisi? Pada teks itu penulis mengambil sisi setuju. Ia setuju
akan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa ASEAN. Penulis lain dapat
berposisi tidak setuju. Pada teks itu penulis mengambil sisi setuju, ia
setuju akan dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa Asean.
0 komentar:
Posting Komentar