MAKALAH
SEJARAH REM
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Subang,
30 Agustus 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rem mempunyai peranan
yang sangat penting dalam teknik kendaraan dan teknik transportasi demi
keamaan dan
keselamatan dalam berkendara. Pada dasarnya rem
mempunyai fungsi untuk memperlambat dan mengatur gerakan suatu putaran. Adapun rem yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut (dapat bekerja dengan baik
dan cepat, dapat dipercaya dan mempunyai daya
tekan yang cukup, mudah diperiksa
dan disetel)
Walaupun
sistem rem itu sangatlah penting, namun banyak
diantara masyarakat umum yang belum memahami dan mengerti fungsi, cara kerja dan jenis-jenis dari rem tersebut. Oleh karena itu penulis
membuat makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan
fungsi, cara kerja, dan jenis-jenis dari rem itu sendiri. Dengan adanya makalah ini diharapkan kita bisa
lebih mengenal fungsi, cara kerja dan
jenis-jenis rem serta bisa menambah dan memperluas wawasan kita terutama mengenai
sistem rem.
B. RUMUSAN MASALAH
Beberapa
permasalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah
1. Apa itu fungsi rem?
2. Apa saja jenis rem dan
bagaimana mekanisme kerja rem?
3. Apa saja bahan pembuat
pada komponen rem?
4. Apa saja permasalahan
yang sering terjadi pada sistem rem?
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.
Mengetahui fungsi dari rem.
2.
Mengetahui jenis dari rem
dan mekanisme kerja rem.
3.
Mengetahui bahan apa saja yang digunakan untuk komponen pada rem.
4.
Mengetahui
permasalahan yang sering terjadi pada rem.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM
REM
1. Pengertian
Sistem Rem
Rem di rancang untuk mengurangi
kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan serta untuk memungkinkan
parker pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat penting sebagai alat
keselamatan dan menjamin untuk pengendara yang aman. (Sumber:
New Step 1 Training)
Menurut para ahli permobilan rem
merupakan kebutuhan sangat penting untuk keamanan berkendara dan juga dapat
berhenti di tempat manapun, dan dalam berbagai kondisi dapat berfungsi dengan
baik dan aman.
2. Prinsip Sistem Rem
Kendaraan tidak dapat berhenti
dengan segera apabila mesin d bebaskan (tidak di hubungkan) dengan pemindahan
daya, kendaraan cenderung tetep bergerak. Kelemahan ini harus di kurangi dengan
maksud untuk menurunkan kecepatan gerak kendaraan hingga berhenti. Mesin
mengubah energi panas menjadi energi kinetik (energi gerak) untuk menggerakkan
kendaraan. Sebaliknya, rem mengubah energi kinetic kembali menjadi energy panas
untuk menghentikan kendaraan. Umumnya, rem bekerja di sebabkan oleh adanya
sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (breaking
effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek.
3.
Tipe Rem
Rem yang digunakan pada kendaraan
bermotor dapat di golongkan menjadi beberapa tipe tergantung penggunaannya.
1.3.1.
Rem kaki
Rem kaki (foot break) di
gunakan untuk mengontrol kecepatan mobil dan menghentikan kendaraan.
1.3.2.
Rem parker
Rem parkir (parking break) digunakan
terutama untuk memarkir kendaraan.
1.3.3.
Rem tambahan
Rem tambahan (auxiliary break)
digunakan pada kombinasi rem biasa (kaki) yang digunakan pada truk diesel atau
kendaraan berat.
Selanjutnya “engine
brake” adakalanya digunakan untuk menurunkan kecepatan kendaraan. Braking
effect ditimbulkan oleh tahanan putaran dari mesin itu sendiri, tidak ada
peralatan khusus. Contohnya seperti dua orang saling berpegangan sambil
berlari, walaupun yang depan cepat tapi ia akan mengimbangi yang belakang
dengan larinya lambat.
B.
REM KAKI
1. Uraian Rem Kaki
Rem kaki (foot break)
dikelompokkan menjadi dua tipe rem : rem hidraulik (hydraulic break) dan rem
pneumatic (pneumatic break). Rem hidraulik lebih merespon dan lebih cepat
disbanding tipe lainnya, dan konstruksinya lebih mudah dan sederhana.
Rem hidraulik juga mempunyai konstruksi khusus
yang handal (superior design flexibility). Dengan adanya keuntungan
tersebut, rem hidraulis banyak digunakan pada kendaraan penumpang dan truk
ringan.
Sistem rem pnuematik termasuk
kompresor atau sejenisnya yang menghasilkan udara yang bertakanan yang
digunakan untuk menambah daya pengereman. Banyak digunakan pada truk dan bus.
Bekerjanya rem hidraulik sebagai berikut.
Rem menekan mekanisme rem dan
menyalurkan tenaga rem dan mekanisme pengereman akan menimbulkan gaya
pengereman.
2. Master Silinder (master cylinder)
Master silinder mengubah gerak pedal
rem kedalam tekanan hidraulis. Master silinder terdiri dari reservoir tank,
yang berisi minyak rem, demikian juga piston dan silinder, yang membangkitkan
tekanan hidraulik.
Ada dua tipe master silinder yaitu
tunggal dan tandem. Untuk master silinder tandem atau ganda banyak digunakan
pada mobil masa kini daripada menggunakan master silinder tunggal. (sumber : new
step training manual)
Pada master silinder ganda (tandem)
sistem hidraulik
dipisahkan menjadi dua,
masing-masing untuk depan dan belakang. Dengan demikian bila salah satu sistem
tidak bekerja maka sistem
lainnya masih dapat digunakan.
3. Booster Rem (break booster)
Tenaga
penekanan pada pedal rem dari seorang pengemudi tidak kuat untuk segera dapat
menghentikan kendaraan. Booster rem melipat gandakan daya penekanan pada pedal
sehingga diperoleh daya pengereman yang lebih besar.
Booster rem dapat di pasang menjadi
satu dengan master silinder atau dapat juga dipasang secara terpisah dari
master silinder itu sendiri. Tipe integral banyak digunakan pada penumpang dan
truk kecil.
Booster rem mempunyai diaprham
(membran) yang bekerja dengan adanya perbedaan tekanan antara atmosfir dan
kevakuman yang dihasilkan dari intake manifold mesin. Master silinder
dihubungkan dengan pedal dan membran untuk memperoleh daya pengereman yang
besar dari langkah pedal minimum.
Bila bosster
rem tidak dapat berfungsi dikarenakan satu dan hal lain, booster dirancang
sedemikian rupa sehingga hanya tenaga boosternya saja yang hilang. Dengan
sendirinya rem akan memerlukan gaya penekanan pedal yang lebih besar, tetapi
kendaraan dapat direm dengan normal tanpa bantuan booster.
Untuk kendaraan
yang digerakkan oleh mesin diesel, booster remnya diganti pompa vakum karena
kevakumannya yang terjadi pada intake manifold pada mesin diesel tidak
cukup kuat.
Boster rem
terutama dari rumah booster, piston booster, membran, reaction mechanism,
mekanisme katup pengontrolan. Bosy booster dibagi menjadi bagian depan dan
belakang, dan masing-masing ruang dibatasi dengan membran dan piston booster.
Mekanisme katup
pengotrol mengatur tekanan didalam ruang tekan variasi. Termasuk katup udara,
katup vakum, katp pengontrol dan sebagainya yang berhubungan dengan pedal rem
melalui batang penggerak katup.
4. Katup Proposi (propostioning valve)
Kendaraan
dihentikan dengan adanya gesekan antara ban dan jalan. Gesekan ini akan
bertambah sesuai dengan adanya pembagian beban ban pada jalan. Biasanya
kendaraan yang mesinnya terletak didepan, bagian depannya lebih berat
dibandingkan dengan bagian belakangnya. Bila kendaraan direm, maka titik pusat
gravitasi akan pindah kedepan (bergerak maju) disebabkan adanya gaya inersia,
dan karena adanya beban yang besar menyatu pada bagian depan.
Bila daya
cengkram pengeremannya berlaku sama terhadap ke empat rodanya, maka roda
belakang akan terkunci (menyebabkan slip antara ban dan permukaan jalan) ini
disebabkan oleh daya pengereman terlalu besar. Dengan terkuncinya rod
belakang seperti ekor ikan.
Dengan alasan
tersebut maka diperlukan alat pembagi tenaga sehingga dapat diberikan
pengereman yang lebih besar untuk roda depan daripada roda belakang.
Alat tersebut
disebut “katup pengimbang” atau biasa disebut katup P. Alat ini bekerja secara
otomatis menurunkan tekanan hidraulik pada silinder roda belakang, dengan
demikian daya pengereman (daya cengkeram) pada roda belakang akan berkurang.
Disamping katup
P, efek yang sama juga dapat diperoleh oleh load sensing and proportioning
valve (LSPV) yang merubah tekanan awal split point dari
roda-roda belakang sesuai dengan beban, proportioning and by-pass valve
( P & BV) yang meneruskan tekanan master silinder langsung ke silinder roda
tanpa melalui katup P bila sistem rem depan tidak dapat berfungsi, katup deceleration-sensing
and proportioning valve (DSPV) yang membedakan tekanan awal split point
sesuai dengan deselerasi selama pengereman, dan perlengkapan lainnya.
5. Sistem Rem Anti-Lock
Brake System (ABS)
Rem ABS ini
diciptakan hanya untuk mencegah terkuncinya roda-roda belakang selama
pengereman secara tiba-tiba, tetapi juga untuk mengontrol roda-roda depan agar
kendaraan tidak berputar atau slip serta menjaga pengendalian kemudi dengan
baik.
Perhatian :
1)
Bila kendaraan mulai bergerak ada gejala slip, akan dapat diperbaiki
dengan adanya gerakan lebih mudah menghindar dari rintangan.
2)
Bila rem bekerja selama kendaraan membelok, kendaraan dapat berhenti
dengan aman tanpa mengalami perubahan langsung.
Tabel 1. Fungsi
sensor pada ABS
Komponen
|
Fungsi
|
Speed sensors depan
|
Mendeteksi kecepatan roda pada
masing-masing roda depan
|
Speed sensors belakang
|
Mendeteksi kecepatan pada roda pada
masing-masing roda belakang
|
Switch lampu rem
|
Mendeteksi tanda pengereman dan
mengirimkan ke komputer A.B.S
|
Lampu peringatan Anti-lock (ANTI-LOCK
Warning light)
|
Lampu menyala untuk memberi tanda
agar pengemudi siaga saat anti-lock brake system ada yang tidak berfungsi
|
A.B.S
|
Untuk mengontrol tekanan minyak rem
pada masing-masing silinder disc brake
|
A.B.S computer
|
Dengan signal-signal dari
masing-masing speed sensor ia menghitung jumlah akselerasi dan deselerasi dan
mengirim signal-signal ke aktuator ke pengontrol tekanan minyak rem
|
C. REM TROMOL
Pada rem tipe
tromol, kekuatan tenaga pengereman diperoleh dari sepatu rem yang diam menekan
permukaan tromol bagian dalam yang berputar bersama-sama dengan roda. Karena “self
energizing action” ditimbulkan oleh teanga putar tromol dan tenaga
pengereman yang besar diakibatkan usaha pedal yang kecil.
Self energizing action:
Ada dua jenis sepatu rem, seperti diperlihatkan pada gambar jenis leading
trailing. Bila ujung bagian atas (atau toe) pada sepatu rem didorong kearah
tromol rem yang berputar pada seperti anak panah (arah maju), sepatu rem
cendenrung melengket pad tromol dan berputar. Sepatu rem ini disebut “leading
shoe”. Dilain pihak, ujung atas sepatu bagian belakang terdorong ke dalam
tromol yang cenderung mengembang keluar, ini disebut trailing shoe.
Kerjanya tromol mencoba mendorong
leading shoe berputar bersama tromol, dan ini disebut self energizing
atau self servo. Self energizing bekerja menimbulkan gaya
pengereman yang cukup besar. Dilain pihak, daya balik yang berlaku pada
trailing shoes mengurangi daya pengereman yang cukup besar pada sepatu
tersebut. Perbandingan tenaga pengereman dilakukan dengan leading shoe
dan trailing shoe diperkirakan 3:1. Leading shoe menghasilkan
daya pengereman yang lebih baik, dan kelemahannya ialah lebih cepat aus
daripada trailing shoe.
1.
Komponen Roda
1.1. Backing plat
Backing plat di buat dari baja pres yang dibuat pada axle
housing atau axle carier bagian belakang. Karena sepatu rem terkait
pada backing plat, maka aksi daya pengereman tertumpu pada backing plate.
Bila permukaan gesek sepatu rem aus berlebihan, rem akan
bergetar. Sepatu rem harus diperiksa secara diteliti setiap kali rem dibongkar
untuk mencegah problem tersebut.
1.2. Silinder roda
Silinder roda terdiri dari beberapa
komponen seperti yang terlihat pada gambar. Setiap roda menggunakan satu atau
dua buah silinder roda. Ada sistem yang menggunakan dua piston untuk
menggerakkan kedua sepatu rem, yaitu satu piston untuk setiap silinder roda,
sedangkan sisi lainnya hanya menggunakan satu piston untuk menggerakkan hanya
sepatu rem.
Apabila rem tidak bekerja, maka
piston akan kembali ke posisi semula dengan adanya kekuatan pegas pembalik
septu rem, dan pegas kompresi yang mengkerut.
1.3. Sepatu rem dan kanvas rem
Sepatu rem , seperti juga tromol
memiliki bentuk setengah lingkaran. Biasanya sepatu rem dibuat dari pelat baja.
Kanvas rem dipasang dengan jalan dikeling (pada kendaraan besar) atau dilem
(pada kendaraan kecil) pada permukaan yang bergesekan dengan tromol. Kanvas ini
harus dapat menahan panas dan aus dan harus mempunyai koofisien gesek yang
tinggi. Koofisien tersebut harus bisa bertahan oleh keadaan temperature yang
berubah ubah. Umumnya kanvas (lining) terbuat dari campuran fiber metallic,
brass, lead, plastic, dan sebagainya dan diproses dengan ketinggian panas
tertentu.
1.4. Tromol rem
Tromol rem umumnya terbuat dari besi
tuang (gray iron gras) dan gambar penampangnya seperti terlihat
pada gambar dibawah. Tromol re mini letaknya sangat dekat dengan sepatu rem
tanpa bersentuhan da berputar bersama roda. Ketika kanvas menekan permukaan
bagian dalam tromol bila rem bekerja, maka gesekan panas tersebut dapat
mencapai suhu setinggi 200 sampai 300.
2. Tipe Rem Tromol
2.1. Tipe leading dan tipe trailing
Seperti terlihat pada gambar, bagian
ujung atas masing-masing sepatu rem ditekan membuka oleh silinder roda (wheel
cylinder), sedangkan bagian ujung bawah berputar atau mengembang. Tipe ini
hanya terdapat pada silinder roda tunggal (single wheel cylinder)
Bila tromol berputar kearah depan,
seperti arah panah, dan pedal rem di injak, maka bagian ujung atas sepatu
ditekan mambuka ke sekeliling ujung bawah oleh silinder roda dan berlaku daya
pengereman terhadap tromol. Sepatu bagian kiri disebut leading shoe
dan sepatu kanan disebut trailing shoe.
Bila tromol berputar pada arah
berlawanan (arah mundur), maka leading shoe menjadi trailing shoe dan
sebaliknya. Tetapi kedua-duanya tetap menekan dengan gaya pengereman yang sama
dengan pada saat putaran maju. Leading shoe lebih cepat aus dibandingkan dengan
trailing shoe, bila rem sering digunakan dalam putaran gerak maju.
Tipe ini digunakan pada rem belakang
kendaraan penumpang dan kendaraan jenis komersil.
2.2. Tipe two leading
Tipe two leading shoe dibagi menjadi
2 : single action dan double action. Tipe single action two leading
shoe mempunyai dua silinder roda yang masing-masing mempunyai satu piston
pada tiap sisinya. Bila rem bekerja, kendaraan dalam kondisi perak maju, maka
kedua sepatu akan berfungsi sebagai leading shoe.
Apabila tromol berputar pada arah
jarum panah (maju), maka tipe ini mempunyai tekan pengereman yang tinggi.
Tetapi, ada suatu kerugian pada tipe ini, bila rem berputar dalam arah yang
berlawanan, maka kedua sepatu akan bekerja sebagai trailing shoe dan
menghasilka tenaga dan menghasilkan tenaga pengereman yang kecil.
Tipe ini digunakan pada rem depan
kendaraan penumpang dan niaga. Tipe double action two leading mempunyai dua
silinder roda, dan pada setiap sisinya terdapat dua torak. Bila tipe single
action bekerja sebagai self energizing force dalam satu arah saja. Maka tipe
double action ini efisiensi dalam dua arah, maju dan arah mundur. Tipe ini banyak digunakan pada rem
belakang kendaraan niaga.
2.3. Tipe uni-servo
Tipe uniservo mempunyai silinder
roda tunggal dengan satu piston saja, dan penyetelannya berhubungan dengan
sepatunya.
Bila torak didalam wheel cylinder
mendorong bagian atas kiri hingga menyentuh tromol, maka fungsi sepatu-sepatu
sebagai leading shoe, dan bekerja dengan daya pengereman yang tinggi. Juga,
terdapat kelemahan pada tipe ini, dimana bila tromol berputar pada arah yang
berlawanan, maka kedua sepatu rem berfungsi sebagai trailing shoe dan hanya
mampu menghasilkan daya pengereman yang kecil.
2.4. Tipe duo servo
Tipe ini merupakan versi
penyempurnaan uni-servo yang mempunyai dua piston pada setiap silinder rodanya.
Selama silinder roda menekan sepatu rem selama bekerja, maka tipe ini mempunyai
gaya pengereman yang tinggi terhadap tromol tanpa terpengaruh oleh gerak
putaran roda.
D.
REM CAKRAM
1. Pengertian Rem Cakram
Rem cakram (disc brake) pada
dasarnya terdiri dari cakram yang terbuat dari besi tuang (disc rotor)
yang berputar dengan roda dan bahan gesek (dalam hal ini disc pad) yang
mendorong da menjepit cakram. Daya pengereman dihasilkan oleh adanya gesekan
antara disc pad dan cakram.
Karateristik dari cakram hanya
mempunyai sedikit aksi energi sendiri (self energizing action), daya pengereman
itu sedikit dipengaruhi oleh fluktuasi koofisen gesek yang menghasilkan
kestabilan tinggi. Selain itu, karena permukaan bidang gesek selalu terkena
udara, radiasi panasnya terjamin baik, ini dapat mengurangi dan menjamin dari
terkena air.
Rem cakram mempunyai batasan pembuatan pada
bentuk dan ukuran. Ukuran disc pad agak terbatas dan ini berkaitan dengan aksi self
energizing limited. Sehingga perlu tambahan tekanan hidraulik yang lebih besar untuk mendapatkan
gaya pengereman yang efisien. Pad juga akan
lebih cepat aus daripada sepatu rem pada rem tromol. Tetapi konstruksi yang
sederhana mudah pada perawatan serta penggantian pad.
2. Komponen Rem Cakram
2.1. Piringan
Umumnya cakram
atau piringan (disc rotor) dibuat dari besi tuang
dalam bentuk biasa (solid) dan berlubang-lubang untuk ventilasi. Tipe cakram
lubang terdiri dari dari pasangan piringan yang berlubang untuk menjamin
pendinginan yang baik, kedua-duanya untuk mencegah fading dan menjamin umur pad
panjang atau tahan lama.
2.1. Pad Rem
Pad (disc pad)
biasa dibuat dari campuran metalic fiber dan sedikit serbuk besi. Tipe
ini disebut dengan “semi metalic disc pad”. Pada pad diberi garis celah untuk
menunjukan tebal pad (batas yang dijinkan). Dengan demikian dapat mempermudah
pengecekan keausan pad.
Pada beberapa
pad, penggunaan metalic plate (disebut dengan anti-squel shim) dipasangkan pada
sisii piston untuk mencegah bunyi saat berlaku pengereman.
2.1. Jenis Caliper
Caliper juga
disebut calyper body, memegang piston-piston dan dilengkapi dengan saluran
gimana minyak rem disalurkan ke silinder.
Caliper
dikelompokkan sebagai berikut menurut jenis pemasangannnya.
2.1.1.
Tipe fixed caliper (double piston)
Caliper
dipasangkan tepat pada axle atau strut. Seperti gambar dibawah , pemasangan
caliper dilengkapi dengan piston. Daya pengereman didapat apabila pad ditekan
piston secara hidraulis pada kedua ujung piringan atau cakram. Fixed caliper
adalah dasar desain yang sangat baik dan dijamin dapat bekerja lebih akurat.
Namun demikian radiasinya panas terbatas karena silinder rem berada antara
cakram dan velg, menyebabkan sulit tercapainya pendinginan. Untuk ini
membutuhkan penambahan komponen yang banyak. Untuk megatasi hal tersebut, jenis
caliper fixed ini, sudah jarang digunakan.
2.1.2.
Tipe fixed caliper (double piston)
Untuk jenis ini
piston hanya ditempatkan pada satu kaliper saja, tekanan hidraulis dari master
silinder mendorong piston dan selanjutnya menekan rotor disc. Pada saat yang
sama tekanan hidraulis menekan sisi pad. Ini menyebabkan kaliper bergerak
ke kanan dan menjepit cakram dan terjadilah usaha pengereman.
2.1.3.
Tipe semi-floating
Caliper tipe semi
floating menerima tenaga pengereman yang dibangkitkan dari pad bagian luar.
Pada kaliper tipe full-floating,
kemampua pengereman dibangkitkan oleh kedua pad dengan torque plate. Caliper
floating banyak digunakan pada kendaraan penumpang modern.
a.
Tipe semi floating (tipe PS)
Kaliper dipasangkan dengan bantuan dua buah pen pada torque
plate. Apabila rem bekerja maka body bergerak masuk dengan adanya gerakan
piston. Tekanan pengereman yang berlaku pada pad bagian luar diterima oleh
caliper dan meneruskan momen ke pin pada arah putaran.
b. Tipe full floating
1)
Tipe F
Tipe F mempunyai caliper yang ditunjang oleh torque plate
sedemikian rupa sehingga memungkinkan dapat meluncur. Arm akan maju dan
caliper untuk memindahkan gerak piston untuk menekan pad bagian luar.
2)
Tipe FS
Caliper ini dipasang dengan menggunakan dua pin (main pin
dan sub pin) pada torque plate yang dibautkan pada caliper itu sendiri.
Caliper dan dua pin digerakkan sebagai satu unit oleh piston. Reaksi tenaga
dari inner dan outer pad diterima oleh torque plate dengan demikian momen tidak
diteruskan ke pin.
Selanjutnya, bagian yang meluncur pada caliper (main dan sub
pin) disembunyikan seluruhnya. Hal ini merupakan desain yang dapat menambah
keandalan pada bagian ini.
Tipe FS agak kurang terseretnya dibandingkan dengan tipe F
dan sering digunakan pada rem kendaraan luxury.
3)
Tipe AD
Untuk tipe ini main pin pada tipe AD adalah press-fitted
pada torque plate bersamaan dengan sub pin yang dibautkan. Stainless steep
plate (suatu pin untuk mengurangi bunyi, anti squel shim) dipasang pada pad dan
bagian torque plate yang bersentuhan untuk mencegah suara yang kurang enak dan
keausan pad. Tipe
ini banyak digunakan pada kendaraan tipe menengah.
4)
Tipe PD
Tipe PD pada dasarnya sama dengan tipe AD kecuali pada main
pin dan sub pin saja yang di baut pada torque plate. Tipe PD ini digunakan pada
rem depan kendaraan penumpang yang kecil.
E. REM PARKER
1. Uraian Rem Parker
Rem parkir banyak digunakan untuk
parker kendaraan. Mobil penumpang dan kendaraan niaga yang kecil, atau rem
parker eklusif yang dihubungkan pada rem belakang.
Kendaraan niaga yang besar
menggunakan rem parkir tipe center brake yang dipasangkan antara propeller
shaft dan tranmisi. Sistem rem parkir terdiri dari tuas rem, stick atau pedal,
kabel tipe mekanisme batang dan tromol rem dan sepatu rem yang membangkitkan
daya pengereman.
2. Cara Kerja
Mekanisme kerja pada rem parkir pada
dasarnya untuk tipe rem parkir belakang dan tipe center brake. Tuas rem parkir ditempatkan
berdekatan dengan tempat duduk pengemudi. Dengan menarik tuas rem parkir, maka
rem akan bekerja melalui kabel yang dihubungkan dengan tuas.
Ada beberapa tipe tuas rem parkir,
bergantung pada design tempat duduk pengemudi dan sistem kerja yang dikehendaki.
Tuas rem parkir
dilengkapi dengan ratchet untuk mengatur tuas rem pad posisi pengetesan.
Pada beberapa tuas rem parkir mur penyetelnya dekat denga tuas rem, dengan
demikian penyetelan jarak tuas dapat dengan mudah disetel.
Kabel rem parkir memindahkan gerakan
tuas ke tromol rem sub-assembly. Pada rem parkir roda belakang, dibagian tengah
kabel diberi equalizer untuk menyamakan daya kerjanya tuas pada kedua roda-roda
Tuas intermediate dipasang untuk
menambah gaya pengoperasian.
F. EXHAUST
BREAK
1. Uraian Exhaust
Break
Adalah sistem
rem yang menggunakan gas buang untuk melakukan pengereman.
2.
Prinsip kerja :
Menahan laju
gasa buang pada exhaust manifold
2.1. Syarat operasional exhaust brake
a.
Main switch on.
b.
Gigi tranmisi posisi netral.
c.
Laju kendaraan lebih besar dari atau sama dengan 15km/jam
2.2.
Cara operasional
a.
Pedal posisi bebas
G.
BAHAN-BAHAN PENYUSUN REM
1.
Baja
pres merupakan bahan pembuat backing plat, yang dibuat pada axle housing atau
axle carier bagian belakang
2.
Pelat baja merupakan bahan pembuat sepatu rem. Umumnya kanvas(lining) terbuat
dari campuran fiber metallic, brass, lead, plastik, dan sebagainya dan
diproses dengan ketinggian panas tertentu.
3.
Besi tuang merupakan bahan pembuat Tromol rem, Piringan Rem Cakram. Besi kasar
kelabu yang dicairkan bersama-sama dengan besi tua dan baja. Bahan tambahan
yang dipakai biasanya kapur, silisium yang memperkuat dan mempertinggi titik
cair. Agar bahan menjadi kulaitas terbaik maka harus ditambahkan nikel atau
krom ketika proses peleburan.
4.
Campuran metalic fiber dan sedikit serbuk besi merupakan bahas pembuat
pad rem.
H.
PERMASALAHAN YANG SERING TERJADI DALAM SISTEM REM
1.
Gejala : Gerakan pedal rem terlaludekat dengan lantai
Penyebab:
a. Minyak rem pada master cylinder terlalu
rendah.
b. Kanvas rem (lining) rem sudah aus
c. Sepatu rem terpasang tidak sebagaimana
mestinya
d. Kebocoran pada wheel cylinder
e. Kanvas rem kendor atau pecah
f. Kebocoran atau keausan pada
master cylinder
g. Ada udara dalam sistem
hidrolisnya(masuk angin)
h. Self adjuster tidak bekerja
2.
Gejala: Semua rem seret(bhs Jawa)
Penyebab
:
a. Rem parkir terpasang
b. Wheel cylinder macet
c. Pegas pengembali sepatu rem lemah atau
patah
d. Pedal rem macet
e. Seal master cylinder macet
f. Penyetelan push rod master
cylinder tidak tepat
g. Lubang kompensasi pada master cylinder
tersumbat.
3.
Gejala: Rem membanting kesatu arah
Penyebab
:
a. Bearing roda depan kendor/rusak
b. Teromol tidak bulat (nganthong)
c. Celah sepatu rem pada salah satu
teromol terlalu rapat
d. Pegas pengembali lemah/patah
e. Tekanan ban tidak sama antara roda kiri
dan roda kanan
f. FWA tidak tepat
4.
Gejala: Injakan pedal rem terlalu kasar
Penyebab
:
a. Ada udara dalam sistem hidrolis
b. Teromol aus atau retak
c. Minyak tidak sesuai (titik didih rendah)
5. Gejala:
Roda terkunci
Penyebab
:
a. Kanvas rem kendor/lepas
b. Seal wheel cylinder macet
c. Backing plate kendor
d. Setelan bearing tidak tepat
6.
Gejala: Rem selip
Penyebab
:
a. Ada gemuk/minyak rem pada kanvas
b. Backing plate kendor
c. Teromol tidak bulat
d. Teromol cacat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
penulisan makalah ini adalah:
1. Rem
di rancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan
serta untuk memungkinkan parker pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat
penting sebagai alat keselamatan dan menjamin untuk pengendara yang aman. Menurut para ahli permobilan rem
merupakan kebutuhan sangat penting untuk keamanan berkendara dan juga dapat
berhenti di tempat manapun, dan dalam berbagai kondisi dapat berfungsi dengan
baik dan aman.
2.
Tipe Rem
Rem yang digunakan pada kendaraan
bermotor dapat di golongkan menjadi beberapa tipe tergantung penggunaannya :
a. Rem kaki
Rem kaki (foot break) di
gunakan untuk mengontrol kecepatan mobil dan menghentikan kendaraan.
b. Rem parker
Rem parkir (parking break) digunakan
terutama untuk memarkir kendaraan.
c. Rem
tambahan
Rem tambahan (auxiliary break)
digunakan pada kombinasi rem biasa (kaki) yang digunakan pada truk diesel atau
kendaraan berat.
3. Pinsip kerja
rem ketika kendaraan
tidak dapat berhenti dengan segera apabila mesin dibebaskan (tidak di hubungkan) dengan
pemindahan daya, kendaraan cenderung tetep bergerak. Kelemahan ini harus di
kurangi dengan maksud untuk menurunkan kecepatan gerak kendaraan hingga
berhenti. Mesin mengubah energi panas menjadi energi kinetik (energi gerak) untuk
menggerakkan kendaraan. Sebaliknya, rem mengubah energi kinetic kembali menjadi
energy panas untuk menghentikan kendaraan. Umumnya, rem bekerja di sebabkan
oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek
pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan
antara dua objek.
4.
Bahan-bahan pembuat pada komponen rem yaitu :
a.
Baja pres merupakan bahan pembuat backing plat, yang dibuat pada axle
housing atau axle carier bagian belakang.
b.
Pelat baja merupakan bahan pembuat sepatu rem. Umumnya kanvas(lining) terbuat
dari campuran fiber metallic, brass, lead, plastik, dan sebagainya dan
diproses dengan ketinggian panas tertentu.
c.
Besi tuang merupakan bahan pembuat Tromol rem, Piringan Rem Cakram. Besi kasar
kelabu yang dicairkan bersama-sama dengan besi tua dan baja. Bahan tambahan
yang dipakai biasanya kapur, silisium yang memperkuat dan mempertinggi titik
cair. Agar bahan menjadi kulaitas terbaik maka harus ditambahkan nikel atau krom
ketika proses peleburan.
d.
Campuran metalic fiber dan sedikit serbuk besi merupakan bahas pembuat
pad rem.
5. Permasalahan
yang sering terjadi dalam sistem rem
a. Gejala : Gerakan pedal rem terlaludekat dengan lantai
b. Gejala: Semua rem seret(bhs
Jawa)
c. Gejala: Rem membanting kesatu arah
d. Gejala: Injakan pedal rem terlalu
kasar
e. Gejala: Roda terkunci
f. Gejala: Rem selip
B. SARAN
a. Dalam sistem rem ini, pengguna
kendaraan
diharapkan memahami fungsi rem, jenis-jenis rem, serta permasalahan yang
sering terjadi pada sistem rem.
b. Sebaiknya
pemerintah mensosialisasikan pentingnya mengetahui fungsi dari setiap jenis
rem, dan permasalahan yang sering terjadi pada rem.
c. Makalah ini
dapat dijadikan bahan referensi penulis selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. New Step 1 Training. Jakarta :
P.T. Toyota Astra.
Sucahyo, Bagyo, Dkk. 1997. Mesin Tenaga.
Surakarta : Tiga Serangkai
Darmawan,
Iwan. 2003. Merawat dan Memperbaiki Mobil Bensin.
Jakarta : Puspa
Swara
Accesed Desember 10th 2014. At 04.56 PM.
Anonim.
Cara Kerja Rem ABS. Available from:
www.rentalmobilbali.net
Accesed Desember 11th 2014. At 04.56 AM.
Anonim.
Sistem dan Jenis-jenis rem pada mobil. Available
from:
www.rentalmobilbali.net
Accesed Desember 12th 2014. At 05.00 AM.
I.
Solihin. Drs, Mulyadi. S.Pd., 2002 Perbaikan Chasis dan pemindahan tenaga, SMK.
Tingkat 2, Bandung, CV. ARMICO.
0 komentar:
Posting Komentar