Follow us

LightBlog

ABOUT AUTHOR

Adbox
Azqinet.blogspot.co.id . Diberdayakan oleh Blogger.

MAKALAH SEJARAH REM



MAKALAH
SEJARAH  REM



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.


                                                                                                   Subang, 30 Agustus 2016


                                                                                                                 Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Rem mempunyai peranan yang sangat penting dalam teknik kendaraan dan teknik transportasi   dem keamaan   dan   keselamata dalam   berkendara.   Pada   dasarnya   rem mempunyai fungsi  untuk memperlambat dan mengatur gerakan suatu putaran. Adapun rem yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (dapat bekerja dengan baik dan cepat, dapat dipercaya dan mempunyai daya tekan yang cukup, mudah diperiksa dan disetel)
Walaupun  sistem  rem  itu  sangatlah  penting,  namun  banyak  diantara  masyarakat umum yang belum memahami dan mengerti fungsi, cara kerja dan jenis-jenis dari rem tersebut. Oleh karena itu  penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan fungsi, cara kerja, dan jenis-jenis dari rem itu sendiri. Dengan adanya makalah ini diharapkan kita bisa lebih mengenal fungsi, cara kerja dan jenis-jenis rem serta bisa menambah dan memperluas wawasan kita terutama mengenai sistem rem.

B.       RUMUSAN MASALAH
Beberapa permasalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah
1.      Apa itu fungsi rem?
2.      Apa saja jenis rem dan bagaimana mekanisme kerja rem?
3.      Apa saja bahan pembuat pada komponen rem?
4.      Apa saja permasalahan yang sering terjadi pada sistem rem?

C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.    Mengetahui fungsi dari rem.
2.    Mengetahui jenis dari rem dan mekanisme kerja rem.
3.    Mengetahui bahan apa saja yang digunakan untuk komponen pada rem.
4.    Mengetahui permasalahan yang sering terjadi pada rem.

BAB II
PEMBAHASAN
A.      SISTEM REM
1.    Pengertian Sistem Rem
Rem di rancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan serta untuk memungkinkan parker pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat penting sebagai alat keselamatan dan menjamin untuk pengendara yang aman. (Sumber: New Step 1 Training)
Menurut para ahli permobilan rem merupakan kebutuhan sangat penting untuk keamanan berkendara dan juga dapat berhenti di tempat manapun, dan dalam berbagai kondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman.
2.    Prinsip Sistem Rem
         Kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabila mesin d bebaskan (tidak di hubungkan) dengan pemindahan daya, kendaraan cenderung tetep bergerak. Kelemahan ini harus di kurangi dengan maksud untuk menurunkan kecepatan gerak kendaraan hingga berhenti. Mesin mengubah energi panas menjadi energi kinetik (energi gerak) untuk menggerakkan kendaraan. Sebaliknya, rem mengubah energi kinetic kembali menjadi energy panas untuk menghentikan kendaraan. Umumnya, rem bekerja di sebabkan oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek.
3.   Tipe Rem
     Rem yang digunakan pada kendaraan bermotor dapat di golongkan menjadi beberapa tipe tergantung penggunaannya.
1.3.1.      Rem kaki
Rem kaki (foot break) di gunakan untuk mengontrol kecepatan mobil dan menghentikan kendaraan.
1.3.2.      Rem parker
Rem parkir (parking break) digunakan terutama untuk memarkir kendaraan.
1.3.3.      Rem tambahan
Rem tambahan (auxiliary break) digunakan pada kombinasi rem biasa (kaki) yang digunakan pada truk diesel atau kendaraan berat.
Selanjutnya “engine brake” adakalanya digunakan untuk menurunkan kecepatan kendaraan. Braking effect ditimbulkan oleh tahanan putaran dari mesin itu sendiri, tidak ada peralatan khusus. Contohnya seperti dua orang saling berpegangan sambil berlari, walaupun yang depan cepat tapi ia akan mengimbangi yang belakang dengan larinya lambat.

B.       REM KAKI
1.      Uraian Rem Kaki
Rem kaki (foot break) dikelompokkan menjadi dua tipe rem : rem hidraulik (hydraulic break) dan rem pneumatic (pneumatic break). Rem hidraulik lebih merespon dan lebih cepat disbanding tipe lainnya, dan konstruksinya lebih mudah dan sederhana.
Rem hidraulik juga mempunyai konstruksi khusus yang handal (superior design flexibility). Dengan adanya keuntungan tersebut, rem hidraulis banyak digunakan pada kendaraan penumpang dan truk ringan.
Sistem rem pnuematik termasuk kompresor atau sejenisnya yang menghasilkan udara yang bertakanan yang digunakan untuk menambah daya pengereman. Banyak digunakan pada truk dan bus.
Bekerjanya rem hidraulik sebagai berikut.
Rem menekan mekanisme rem dan menyalurkan tenaga rem dan mekanisme pengereman akan menimbulkan gaya pengereman.
2.      Master Silinder (master cylinder)
Master silinder mengubah gerak pedal rem kedalam tekanan hidraulis. Master silinder terdiri dari reservoir tank, yang berisi minyak rem, demikian juga piston dan silinder, yang membangkitkan tekanan hidraulik.
Ada dua tipe master silinder yaitu tunggal dan tandem. Untuk master silinder tandem atau ganda banyak digunakan pada mobil masa kini daripada menggunakan master silinder tunggal. (sumber : new step training manual)
Pada master silinder ganda (tandem) sistem hidraulik dipisahkan menjadi dua, masing-masing untuk depan dan belakang. Dengan demikian bila salah satu sistem tidak bekerja maka sistem lainnya masih dapat digunakan.


3.      Booster Rem (break booster)
Tenaga penekanan pada pedal rem dari seorang pengemudi tidak kuat untuk segera dapat menghentikan kendaraan. Booster rem melipat gandakan daya penekanan pada pedal sehingga diperoleh daya pengereman yang lebih besar.
Booster rem dapat di pasang menjadi satu dengan master silinder atau dapat juga dipasang secara terpisah dari master silinder itu sendiri. Tipe integral banyak digunakan pada penumpang dan truk kecil.
Booster rem mempunyai diaprham (membran) yang bekerja dengan adanya perbedaan tekanan antara atmosfir dan kevakuman yang dihasilkan dari intake manifold mesin. Master silinder dihubungkan dengan pedal dan membran untuk memperoleh daya pengereman yang besar dari langkah pedal minimum.
Bila bosster rem tidak dapat berfungsi dikarenakan satu dan hal lain, booster dirancang sedemikian rupa sehingga hanya tenaga boosternya saja yang hilang. Dengan sendirinya rem akan memerlukan gaya penekanan pedal yang lebih besar, tetapi kendaraan dapat direm dengan normal tanpa bantuan booster.
Untuk kendaraan yang digerakkan oleh mesin diesel, booster remnya diganti pompa vakum karena kevakumannya yang terjadi pada intake manifold pada mesin diesel tidak cukup kuat.
Boster rem terutama dari rumah booster, piston booster, membran, reaction mechanism, mekanisme katup pengontrolan. Bosy booster dibagi menjadi bagian depan dan belakang, dan masing-masing ruang dibatasi dengan membran dan piston booster.
Mekanisme katup pengotrol mengatur tekanan didalam ruang tekan variasi. Termasuk katup udara, katup vakum, katp pengontrol dan sebagainya yang berhubungan dengan pedal rem melalui batang penggerak katup.
4.      Katup Proposi (propostioning valve)
Kendaraan dihentikan dengan adanya gesekan antara ban dan jalan. Gesekan ini akan bertambah sesuai dengan adanya pembagian beban ban pada jalan. Biasanya kendaraan yang mesinnya terletak didepan, bagian depannya lebih berat dibandingkan dengan bagian belakangnya. Bila kendaraan direm, maka titik pusat gravitasi akan pindah kedepan (bergerak maju) disebabkan adanya gaya inersia, dan karena adanya beban yang besar menyatu pada bagian depan.

Bila daya cengkram pengeremannya berlaku sama terhadap ke empat rodanya, maka roda belakang akan terkunci (menyebabkan slip antara ban dan permukaan jalan) ini disebabkan oleh daya pengereman terlalu besar. Dengan terkuncinya  rod belakang seperti ekor ikan.
Dengan alasan tersebut maka diperlukan alat pembagi tenaga sehingga dapat diberikan pengereman yang lebih besar untuk roda depan daripada roda belakang.
Alat tersebut disebut “katup pengimbang” atau biasa disebut katup P. Alat ini bekerja secara otomatis menurunkan tekanan hidraulik pada silinder  roda belakang, dengan demikian daya pengereman (daya cengkeram) pada roda belakang akan berkurang.
Disamping katup P, efek yang sama juga dapat diperoleh oleh load sensing and proportioning valve (LSPV) yang merubah tekanan awal split point  dari roda-roda belakang sesuai dengan beban, proportioning and by-pass valve ( P & BV) yang meneruskan tekanan master silinder langsung ke silinder roda tanpa melalui katup P bila sistem rem depan tidak dapat berfungsi, katup deceleration-sensing and proportioning valve (DSPV) yang membedakan tekanan awal split point sesuai dengan deselerasi selama pengereman, dan perlengkapan lainnya.
5.      Sistem Rem Anti-Lock Brake System (ABS)
Rem ABS ini diciptakan hanya untuk mencegah terkuncinya roda-roda belakang selama pengereman secara tiba-tiba, tetapi juga untuk mengontrol roda-roda depan agar kendaraan tidak berputar atau slip serta menjaga pengendalian kemudi dengan baik.
Perhatian :
1)    Bila kendaraan mulai bergerak ada gejala slip, akan dapat diperbaiki dengan adanya gerakan lebih mudah menghindar dari rintangan.
2)    Bila rem bekerja selama kendaraan membelok, kendaraan dapat berhenti dengan aman tanpa mengalami perubahan langsung.
Tabel 1. Fungsi sensor pada ABS
Komponen
Fungsi
Speed sensors depan
Mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing roda depan
Speed sensors belakang
Mendeteksi kecepatan pada roda pada masing-masing roda belakang
Switch lampu rem
Mendeteksi tanda pengereman dan mengirimkan ke komputer A.B.S
Lampu peringatan Anti-lock (ANTI-LOCK Warning light)
Lampu menyala untuk memberi tanda agar pengemudi siaga saat anti-lock brake system ada yang tidak berfungsi
A.B.S
Untuk mengontrol tekanan minyak rem pada masing-masing silinder disc brake
A.B.S computer
Dengan signal-signal dari masing-masing speed sensor ia menghitung jumlah akselerasi dan deselerasi dan mengirim signal-signal ke aktuator ke pengontrol tekanan minyak rem

C.      REM TROMOL
Pada rem tipe tromol, kekuatan tenaga pengereman diperoleh dari sepatu rem yang diam menekan permukaan tromol bagian dalam yang berputar bersama-sama dengan roda. Karena “self energizing action” ditimbulkan oleh teanga putar tromol dan tenaga pengereman yang besar diakibatkan usaha pedal yang kecil.

Self energizing action:
        Ada dua jenis sepatu rem, seperti diperlihatkan pada gambar jenis leading trailing. Bila ujung bagian atas (atau toe) pada sepatu rem didorong kearah tromol rem yang berputar pada seperti anak panah (arah maju), sepatu rem cendenrung melengket pad tromol dan berputar. Sepatu rem ini disebut “leading shoe”. Dilain pihak, ujung atas sepatu bagian belakang terdorong ke dalam tromol yang cenderung mengembang keluar, ini disebut  trailing shoe.
Kerjanya tromol mencoba mendorong leading shoe berputar bersama tromol, dan ini disebut self energizing atau self servo. Self energizing bekerja menimbulkan gaya pengereman yang cukup besar. Dilain pihak, daya balik yang berlaku pada trailing shoes mengurangi daya pengereman yang cukup besar pada sepatu tersebut. Perbandingan tenaga pengereman dilakukan dengan leading shoe dan trailing shoe diperkirakan 3:1. Leading shoe menghasilkan daya pengereman yang lebih baik, dan kelemahannya ialah lebih cepat aus daripada trailing shoe.
1.         Komponen Roda
1.1. Backing plat
Backing plat di buat dari baja pres  yang dibuat pada axle housing atau axle carier bagian belakang. Karena sepatu rem terkait pada backing plat, maka aksi daya pengereman tertumpu pada backing plate.
Bila permukaan gesek sepatu rem aus berlebihan, rem akan bergetar. Sepatu rem harus diperiksa secara diteliti setiap kali  rem dibongkar untuk mencegah problem tersebut.
1.2. Silinder roda
Silinder roda terdiri dari beberapa komponen seperti yang terlihat pada gambar. Setiap roda menggunakan satu atau dua buah silinder roda. Ada sistem yang menggunakan dua piston untuk menggerakkan kedua sepatu rem, yaitu satu piston untuk setiap silinder roda, sedangkan sisi lainnya hanya menggunakan satu piston untuk menggerakkan hanya sepatu rem.
Apabila rem tidak bekerja, maka piston akan kembali ke posisi semula dengan adanya kekuatan pegas pembalik septu rem, dan pegas kompresi yang mengkerut.
1.3. Sepatu rem dan kanvas rem
Sepatu rem , seperti juga tromol memiliki bentuk setengah lingkaran. Biasanya sepatu rem dibuat dari pelat baja. Kanvas rem dipasang dengan jalan dikeling (pada kendaraan besar) atau dilem (pada kendaraan kecil) pada permukaan yang bergesekan dengan tromol. Kanvas ini harus dapat menahan panas dan aus dan harus mempunyai koofisien gesek yang tinggi. Koofisien tersebut harus bisa bertahan oleh keadaan temperature yang berubah ubah. Umumnya kanvas (lining) terbuat dari campuran fiber metallic, brass, lead, plastic, dan sebagainya dan diproses dengan ketinggian panas tertentu.
1.4. Tromol rem
Tromol rem umumnya terbuat dari besi tuang (gray iron gras) dan gambar penampangnya seperti terlihat pada gambar dibawah. Tromol re mini letaknya sangat dekat dengan sepatu rem tanpa bersentuhan da berputar bersama roda. Ketika kanvas menekan permukaan bagian dalam tromol bila rem bekerja, maka gesekan panas tersebut dapat mencapai suhu setinggi 200 sampai 300.
2.    Tipe Rem Tromol
            2.1. Tipe leading dan tipe trailing
Seperti terlihat pada gambar, bagian ujung atas masing-masing sepatu rem ditekan membuka oleh silinder roda (wheel cylinder), sedangkan bagian ujung bawah berputar atau mengembang. Tipe ini hanya terdapat pada silinder roda tunggal (single wheel cylinder)
Bila tromol berputar kearah depan, seperti arah panah, dan pedal rem di injak, maka bagian ujung atas sepatu ditekan mambuka ke sekeliling ujung bawah oleh silinder roda dan berlaku daya pengereman terhadap tromol.  Sepatu bagian kiri disebut leading shoe dan sepatu kanan disebut trailing shoe.
Bila tromol berputar pada arah berlawanan (arah mundur), maka leading shoe menjadi trailing shoe dan sebaliknya. Tetapi kedua-duanya tetap menekan dengan gaya pengereman yang sama dengan pada saat putaran maju. Leading shoe lebih cepat aus dibandingkan dengan trailing shoe, bila rem sering digunakan dalam putaran gerak maju.
Tipe ini digunakan pada rem belakang kendaraan penumpang dan kendaraan jenis komersil.
2.2. Tipe two leading
Tipe two leading shoe dibagi menjadi 2 : single action dan double action. Tipe single action two leading shoe mempunyai dua silinder roda yang masing-masing mempunyai satu piston pada tiap sisinya. Bila rem bekerja, kendaraan dalam kondisi perak maju, maka kedua sepatu akan berfungsi sebagai leading shoe.

Apabila tromol berputar pada arah jarum panah (maju), maka tipe ini mempunyai tekan pengereman yang tinggi. Tetapi, ada suatu kerugian pada tipe ini, bila rem berputar dalam arah yang berlawanan, maka kedua sepatu akan bekerja sebagai trailing shoe dan menghasilka tenaga dan menghasilkan tenaga pengereman yang kecil.
Tipe ini digunakan pada rem depan kendaraan penumpang dan niaga. Tipe double action two leading mempunyai dua silinder roda, dan pada setiap sisinya terdapat dua torak. Bila tipe single action bekerja sebagai self energizing force dalam satu arah saja. Maka tipe double action ini efisiensi dalam dua arah, maju dan arah mundur. Tipe ini banyak digunakan pada rem belakang kendaraan niaga.
2.3. Tipe uni-servo
Tipe uniservo mempunyai silinder roda tunggal dengan satu piston saja, dan penyetelannya berhubungan dengan sepatunya.
Bila torak didalam wheel cylinder mendorong bagian atas kiri hingga menyentuh tromol, maka fungsi sepatu-sepatu sebagai leading shoe, dan bekerja dengan daya pengereman yang tinggi. Juga, terdapat kelemahan pada tipe ini, dimana bila tromol berputar pada arah yang berlawanan, maka kedua sepatu rem berfungsi sebagai trailing shoe dan hanya mampu menghasilkan daya pengereman yang kecil.
2.4. Tipe duo servo
Tipe ini merupakan versi penyempurnaan uni-servo yang mempunyai dua piston pada setiap silinder rodanya. Selama silinder roda menekan sepatu rem selama bekerja, maka tipe ini mempunyai gaya pengereman yang tinggi terhadap tromol tanpa terpengaruh oleh gerak putaran roda.

                    D.      REM CAKRAM
1.    Pengertian Rem Cakram
Rem cakram (disc brake) pada dasarnya terdiri dari cakram yang terbuat dari besi tuang (disc rotor) yang berputar dengan roda dan bahan gesek (dalam hal ini disc pad) yang mendorong da menjepit cakram. Daya pengereman dihasilkan oleh adanya gesekan antara disc pad dan cakram.
Karateristik dari cakram hanya mempunyai sedikit aksi energi sendiri (self energizing action), daya pengereman itu sedikit dipengaruhi oleh fluktuasi koofisen gesek yang menghasilkan kestabilan tinggi. Selain itu, karena permukaan bidang gesek selalu terkena udara, radiasi panasnya terjamin baik, ini dapat mengurangi dan menjamin dari terkena air.
Rem cakram  mempunyai batasan pembuatan pada bentuk dan ukuran. Ukuran disc pad agak terbatas dan ini berkaitan dengan aksi self energizing limited. Sehingga perlu tambahan tekanan hidraulik yang lebih besar untuk mendapatkan gaya pengereman yang efisien. Pad juga akan lebih cepat aus daripada sepatu rem pada rem tromol. Tetapi konstruksi yang sederhana mudah pada perawatan serta penggantian pad.
2.    Komponen Rem Cakram
2.1. Piringan
Umumnya cakram atau piringan (disc rotor) dibuat dari  besi tuang dalam bentuk biasa (solid) dan berlubang-lubang untuk ventilasi. Tipe cakram lubang terdiri dari dari pasangan piringan yang berlubang untuk menjamin pendinginan yang baik, kedua-duanya untuk mencegah fading dan menjamin umur pad panjang atau tahan lama.
2.1. Pad Rem
Pad (disc pad) biasa dibuat dari campuran metalic fiber dan sedikit serbuk besi. Tipe ini disebut dengan “semi metalic disc pad”. Pada pad diberi garis celah untuk menunjukan tebal pad (batas yang dijinkan). Dengan demikian dapat mempermudah pengecekan keausan pad.
Pada beberapa pad, penggunaan metalic plate (disebut dengan anti-squel shim) dipasangkan pada sisii piston untuk mencegah bunyi saat berlaku pengereman.
2.1. Jenis Caliper
Caliper juga disebut calyper body, memegang piston-piston dan dilengkapi dengan saluran gimana minyak rem disalurkan ke silinder.
Caliper dikelompokkan sebagai berikut menurut jenis pemasangannnya.
2.1.1.      Tipe fixed caliper (double piston)
Caliper dipasangkan tepat pada axle atau strut. Seperti gambar dibawah , pemasangan caliper dilengkapi dengan piston. Daya pengereman didapat apabila pad ditekan piston secara hidraulis pada kedua ujung piringan atau cakram. Fixed caliper adalah dasar desain yang sangat baik dan dijamin dapat bekerja lebih akurat. Namun demikian radiasinya panas terbatas karena silinder rem berada antara cakram dan velg, menyebabkan sulit tercapainya pendinginan. Untuk ini membutuhkan penambahan komponen yang banyak. Untuk megatasi hal tersebut, jenis caliper fixed ini, sudah jarang digunakan.
2.1.2.      Tipe fixed caliper (double piston)
Untuk jenis ini piston hanya ditempatkan pada satu kaliper saja, tekanan hidraulis dari master silinder mendorong piston dan selanjutnya menekan rotor disc. Pada saat yang sama tekanan hidraulis menekan sisi pad. Ini menyebabkan  kaliper bergerak ke kanan dan menjepit cakram dan terjadilah usaha pengereman.
2.1.3.      Tipe semi-floating
Caliper tipe semi floating menerima tenaga pengereman yang dibangkitkan dari pad bagian luar. Pada kaliper tipe full-floating, kemampua pengereman dibangkitkan oleh kedua pad dengan torque plate. Caliper floating banyak digunakan pada kendaraan penumpang modern.

a.         Tipe semi floating (tipe PS)
Kaliper dipasangkan dengan bantuan dua buah pen pada torque plate. Apabila rem bekerja maka body bergerak masuk dengan adanya gerakan piston. Tekanan pengereman yang berlaku pada pad bagian luar diterima oleh caliper dan meneruskan momen ke pin pada arah putaran.
b.    Tipe full floating
1)              Tipe F
Tipe F mempunyai caliper yang ditunjang oleh torque plate sedemikian rupa sehingga memungkinkan dapat meluncur. Arm akan maju dan caliper untuk memindahkan gerak piston untuk menekan pad bagian luar.
2)              Tipe FS
Caliper ini dipasang dengan menggunakan dua pin (main pin dan sub pin) pada torque plate yang dibautkan pada caliper itu sendiri. Caliper dan dua pin digerakkan sebagai satu unit oleh piston. Reaksi tenaga dari inner dan outer pad diterima oleh torque plate dengan demikian momen tidak diteruskan ke pin.
Selanjutnya, bagian yang meluncur pada caliper (main dan sub pin) disembunyikan seluruhnya. Hal ini merupakan desain yang dapat menambah keandalan pada bagian ini.
Tipe FS agak kurang terseretnya dibandingkan dengan tipe F dan sering digunakan pada rem kendaraan luxury.
3)              Tipe AD
Untuk tipe ini main pin pada tipe AD adalah press-fitted pada torque plate bersamaan dengan sub pin yang dibautkan. Stainless steep plate (suatu pin untuk mengurangi bunyi, anti squel shim) dipasang pada pad dan bagian torque plate yang bersentuhan untuk mencegah suara yang kurang enak dan keausan pad.  Tipe ini banyak digunakan pada kendaraan tipe menengah.
4)              Tipe PD
Tipe PD pada dasarnya sama dengan tipe AD kecuali pada main pin dan sub pin saja yang di baut pada torque plate. Tipe PD ini digunakan pada rem depan kendaraan penumpang yang kecil.



E.       REM PARKER
1.    Uraian Rem Parker
Rem parkir banyak digunakan untuk parker kendaraan. Mobil penumpang dan kendaraan niaga yang kecil, atau rem parker eklusif yang dihubungkan pada rem belakang.
Kendaraan niaga yang besar menggunakan rem parkir tipe center brake yang dipasangkan antara propeller shaft dan tranmisi. Sistem rem parkir terdiri dari tuas rem, stick atau pedal, kabel tipe mekanisme batang dan tromol rem dan sepatu rem yang membangkitkan daya pengereman.
2.    Cara Kerja
Mekanisme kerja pada rem parkir pada dasarnya untuk tipe rem parkir belakang dan tipe center brake. Tuas rem parkir ditempatkan berdekatan dengan tempat duduk pengemudi. Dengan menarik tuas rem parkir, maka rem akan bekerja melalui kabel yang dihubungkan dengan tuas.
Ada beberapa tipe tuas rem parkir, bergantung pada design tempat duduk pengemudi dan sistem kerja yang dikehendaki.
   Tuas rem parkir dilengkapi dengan ratchet untuk  mengatur tuas rem pad posisi pengetesan. Pada beberapa tuas rem parkir mur penyetelnya dekat denga tuas rem, dengan demikian penyetelan jarak tuas dapat dengan mudah disetel.
Kabel rem parkir memindahkan gerakan tuas ke tromol rem sub-assembly. Pada rem parkir roda belakang, dibagian tengah kabel diberi equalizer untuk menyamakan daya kerjanya tuas pada kedua roda-roda
Tuas intermediate dipasang untuk menambah gaya pengoperasian.

      F.       EXHAUST BREAK
1.    Uraian Exhaust Break
Adalah sistem rem yang menggunakan gas buang untuk melakukan pengereman.
2.      Prinsip kerja :
Menahan laju gasa buang pada exhaust manifold
2.1. Syarat operasional exhaust brake
a.     Main switch on.
b.    Gigi tranmisi posisi netral.
c.     Laju kendaraan lebih besar dari atau sama dengan 15km/jam
2.2.   Cara operasional
a.     Pedal posisi bebas

G.    BAHAN-BAHAN PENYUSUN REM
1.                  Baja pres merupakan bahan pembuat backing plat, yang dibuat pada axle housing atau axle carier bagian belakang
2.      Pelat baja merupakan bahan pembuat sepatu rem. Umumnya kanvas(lining) terbuat dari campuran fiber metallic, brass, lead, plastik, dan sebagainya dan diproses dengan ketinggian panas tertentu.
3.      Besi tuang merupakan bahan pembuat Tromol rem, Piringan Rem Cakram. Besi kasar kelabu yang dicairkan bersama-sama dengan besi tua dan baja. Bahan tambahan yang dipakai biasanya kapur, silisium yang memperkuat dan mempertinggi titik cair. Agar bahan menjadi kulaitas terbaik maka harus ditambahkan nikel atau krom ketika proses peleburan.
4.      Campuran metalic fiber dan sedikit serbuk besi merupakan bahas pembuat pad rem.

H.    PERMASALAHAN YANG SERING TERJADI DALAM SISTEM REM
1.         Gejala : Gerakan pedal rem terlaludekat dengan lantai
Penyebab:
a.    Minyak rem pada master cylinder terlalu rendah.
b.    Kanvas rem (lining) rem sudah aus
c.    Sepatu rem terpasang tidak sebagaimana mestinya
d.   Kebocoran pada wheel cylinder
e.    Kanvas rem kendor atau pecah
f.     Kebocoran atau keausan pada master cylinder
g.    Ada udara dalam sistem hidrolisnya(masuk angin)
h.    Self adjuster tidak bekerja

2.         Gejala: Semua rem seret(bhs Jawa)
Penyebab :
a.    Rem parkir terpasang
b.    Wheel cylinder macet
c.    Pegas pengembali sepatu rem lemah atau patah
d.   Pedal rem macet
e.    Seal master cylinder macet
f.     Penyetelan push rod master cylinder tidak tepat
g.    Lubang kompensasi pada master cylinder tersumbat.

3.         Gejala: Rem membanting kesatu arah
Penyebab :
a.    Bearing roda depan kendor/rusak
b.    Teromol tidak bulat (nganthong)
c.    Celah sepatu rem pada salah satu teromol terlalu rapat
d.   Pegas pengembali lemah/patah
e.    Tekanan ban tidak sama antara roda kiri dan roda kanan
f.     FWA tidak tepat

4.         Gejala: Injakan pedal rem terlalu kasar
Penyebab :
a.    Ada udara dalam sistem hidrolis
b.    Teromol aus atau retak
c.    Minyak tidak sesuai (titik didih rendah)

5.         Gejala: Roda terkunci
Penyebab :
a.    Kanvas rem kendor/lepas
b.    Seal wheel cylinder macet
c.    Backing plate kendor
d.   Setelan bearing tidak tepat

6.         Gejala: Rem selip
Penyebab :
a.    Ada gemuk/minyak rem pada kanvas
b.    Backing plate kendor
c.    Teromol tidak bulat
d.   Teromol cacat.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penulisan makalah ini adalah:
1.      Rem di rancang untuk mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan serta untuk memungkinkan parker pada tempat yang menurun. Peralatan ini sangat penting sebagai alat keselamatan dan menjamin untuk pengendara yang aman. Menurut para ahli permobilan rem merupakan kebutuhan sangat penting untuk keamanan berkendara dan juga dapat berhenti di tempat manapun, dan dalam berbagai kondisi dapat berfungsi dengan baik dan aman.
2.      Tipe Rem
     Rem yang digunakan pada kendaraan bermotor dapat di golongkan menjadi beberapa tipe tergantung penggunaannya :
a.     Rem kaki
Rem kaki (foot break) di gunakan untuk mengontrol kecepatan mobil dan menghentikan kendaraan.
b.    Rem parker
Rem parkir (parking break) digunakan terutama untuk memarkir kendaraan.
c.     Rem tambahan
Rem tambahan (auxiliary break) digunakan pada kombinasi rem biasa (kaki) yang digunakan pada truk diesel atau kendaraan berat.
3.      Pinsip kerja rem ketika kendaraan tidak dapat berhenti dengan segera apabila mesin dibebaskan (tidak di hubungkan) dengan pemindahan daya, kendaraan cenderung tetep bergerak. Kelemahan ini harus di kurangi dengan maksud untuk menurunkan kecepatan gerak kendaraan hingga berhenti. Mesin mengubah energi panas menjadi energi kinetik (energi gerak) untuk menggerakkan kendaraan. Sebaliknya, rem mengubah energi kinetic kembali menjadi energy panas untuk menghentikan kendaraan. Umumnya, rem bekerja di sebabkan oleh adanya sistem gabungan penekanan melawan sistem gerak putar. Efek pengereman (breaking effect) diperoleh dari adanya gesekan yang ditimbulkan antara dua objek.
4.      Bahan-bahan pembuat pada komponen rem yaitu :
a.    Baja pres merupakan bahan pembuat backing plat, yang dibuat pada axle housing atau axle carier bagian belakang.
b.    Pelat baja merupakan bahan pembuat sepatu rem. Umumnya kanvas(lining) terbuat dari campuran fiber metallic, brass, lead, plastik, dan sebagainya dan diproses dengan ketinggian panas tertentu.
c.    Besi tuang merupakan bahan pembuat Tromol rem, Piringan Rem Cakram. Besi kasar kelabu yang dicairkan bersama-sama dengan besi tua dan baja. Bahan tambahan yang dipakai biasanya kapur, silisium yang memperkuat dan mempertinggi titik cair. Agar bahan menjadi kulaitas terbaik maka harus ditambahkan nikel atau krom ketika proses peleburan.
d.   Campuran metalic fiber dan sedikit serbuk besi merupakan bahas pembuat pad rem.
5.      Permasalahan yang sering terjadi dalam sistem rem
a.    Gejala : Gerakan pedal rem terlaludekat dengan lantai
b.    Gejala: Semua rem seret(bhs Jawa)
c.    Gejala: Rem membanting kesatu arah
d.   Gejala: Injakan pedal rem terlalu kasar
e.    Gejala: Roda terkunci
f.     Gejala: Rem selip

B.     SARAN
a.    Dalam sistem rem ini, pengguna kendaraan diharapkan memahami fungsi rem, jenis-jenis rem, serta permasalahan yang sering terjadi pada sistem rem.
b.    Sebaiknya pemerintah mensosialisasikan pentingnya mengetahui fungsi dari setiap jenis rem, dan permasalahan yang sering terjadi pada rem.
c.    Makalah ini dapat dijadikan bahan referensi penulis selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. New Step 1 Training. Jakarta : P.T. Toyota Astra.

Sucahyo, Bagyo, Dkk. 1997. Mesin Tenaga. Surakarta : Tiga Serangkai

Darmawan, Iwan. 2003. Merawat dan Memperbaiki Mobil Bensin. Jakarta : Puspa
Swara

Widy Anata. Sistem Rem pada Kendaraan. Available from: www.dunia-otomotif-mobil.blogspot.com.
Accesed Desember 10th 2014. At 04.56 PM.

Anonim. Cara Kerja Rem ABS. Available from: www.rentalmobilbali.net
Accesed Desember 11th 2014. At 04.56 AM.

Anonim. Sistem dan Jenis-jenis rem pada mobil. Available from:
www.rentalmobilbali.net
Accesed Desember 12th 2014. At 05.00 AM.

  I. Solihin. Drs, Mulyadi. S.Pd., 2002 Perbaikan Chasis dan pemindahan tenaga, SMK. Tingkat 2, Bandung, CV. ARMICO.

Share on Google Plus

About Azqi Net

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Posting Komentar